Kepala KUA Indramayu, Darmawan Sugiharto, menjelaskan bahwa meskipun baru ramai diperbincangkan belakangan ini, metode Tepuk Sakinah sebenarnya sudah diterapkan di wilayahnya sejak lebih dari satu tahun lalu.
“Kami menggunakan Tepuk Sakinah sebagai cara mencairkan suasana, supaya peserta tidak bosan selama menerima materi,” kata Darmawan.
Ia menyebut, Tepuk Sakinah bisa dilakukan di awal kegiatan sebagai pembuka, di tengah sesi untuk menyegarkan suasana, atau bahkan di akhir sebagai penutup.
Dalam bimbingan tersebut, peserta diberikan materi inti tentang lima pilar keluarga sakinah: Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (akad yang kuat), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling mencintai dan berbuat baik), Musyawarah (komunikasi dalam keluarga), dan Taradhin (saling ridha).
“Kelima pilar itu coba kami kemas secara lebih interaktif agar peserta tidak hanya duduk dan mendengarkan saja,” ujarnya.
Selain Tepuk Sakinah, KUA Indramayu juga mengadakan simulasi drama konflik rumah tangga yang diperankan oleh petugas.
Peserta kemudian diminta memberi tanggapan dan solusi terhadap konflik yang ditampilkan.
Tak jarang, contoh-contoh konflik diambil dari video pendek atau sinetron yang akrab di masyarakat.
Metode ini dinilai efektif mendorong calon pengantin untuk berpendapat, dan belajar memecahkan masalah secara bersama.
“Dari drama itu biasanya peserta akan langsung menilai dan memberi saran. Itu jadi bahan diskusi yang bagus untuk membuka wawasan mereka,” terang Darmawan.
BACA JUGA:Sejarah Baru UMKM! Shopee Gelar Kompetisi Perdana Bertajuk ‘Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas’
Materi lain yang turut disampaikan meliputi pengelolaan keuangan, kesehatan reproduksi, serta peran dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
Darmawan menyebut, testimoni dari peserta menunjukkan bahwa pendekatan bimbingan yang lebih interaktif ini dinilai menyenangkan dan mudah dipahami.
“Tujuan utama tetap untuk menekan angka perceraian. Dengan pendekatan ini, kami harap pesan-pesan bimbingan bisa lebih membekas,” pungkasnya.