“Benteng Timnas belum sempurna saat menghadapi Lebanon. Untung Emil Audero bisa menggagalkan sepakan pemain Lebanon,” tambahnya.
Bagi Freddy, menjaga fondasi pertahanan lebih penting ketimbang memaksakan filosofi baru ia menyarankan Kluivert agar tidak terbawa ego Eropa, melainkan menyesuaikan diri dengan karakter pemain Indonesia.
“Timnas Indonesia butuh bek dengan power, kecepatan, dan kegesitan. Jangan main-main dengan pertahanan,” pesannya.
Dengan kata lain, formasi tiga bek tengah bukan sekadar warisan Shin Tae-yong, tetapi juga solusi paling realistis menghadapi kekuatan Irak dan Arab Saudi.
BACA JUGA:Panen Raya di Indramayu, Wamentan Sudaryono Apresiasi Petani Indramayu
Jika Patrick Kluivert tetap memaksakan pakem dua bek tengah, risiko kebobolan cepat sangat mungkin terjadi. Publik sepak bola nasional tentu berharap Kluivert bijak menimbang masukan ini demi menjaga asa Garuda menuju Piala Dunia 2026.
Pertarungan melawan Irak dan Arab Saudi bukan sekadar ujian taktik, tetapi juga pembuktian bahwa Timnas Indonesia mampu bermain efektif dan disiplin di level tertinggi Asia.
Freddy menegaskan, laga kontra Irak dan Arab Saudi akan menjadi tolok ukur sejauh mana Timnas Indonesia siap bersaing di level elite Asia.
Ia berharap seluruh pemain tetap fokus, menjaga komunikasi, dan tak mudah terpancing provokasi lawan yang dikenal bermain keras dan penuh tekanan mental.
BACA JUGA:Sinergi RSPBL dan Kilang Pertamina Balongan Tekan Stunting di Indramayu