Ia sadar bahwa atmosfer kompetisi di Eropa, meski di level Divisi 5, jauh lebih menantang dan bisa memberikan pengalaman berharga yang sulit didapatkan di tanah air.
Setiap pekan, ia harus bersaing dengan pemain-pemain muda dari berbagai negara yang punya kualitas teknik dan mental bertanding tinggi.
Situasi inilah yang membuat Marselinus merasa dirinya terus berkembang, baik dari sisi fisik, taktik, maupun mentalitas.
Ia percaya, semakin lama bertahan di Eropa, peluangnya untuk naik ke level yang lebih tinggi akan semakin besar.
BACA JUGA:Bupati Indramayu Lucky Hakim Imbau Masyarakat Waspada DBD, 400 Kasus dan 2 Korban Jiwa
Marselinus sendiri dikenal sebagai gelandang serba bisa dengan visi bermain yang tajam.
Ia kerap menjadi motor serangan di tim U-19 Logroñés dan tak jarang mendapat pujian dari pelatih atas kemampuannya membaca permainan serta menjaga tempo pertandingan.
Tak hanya itu, ia juga sempat mencicipi atmosfer tim utama Logroñés, sebuah pencapaian yang membanggakan bagi pemain muda Indonesia di luar negeri.
Meski belum menjadi langganan starter di tim A, pengalaman tersebut menjadi modal penting untuk terus berkembang.
PSSI pun memantau perkembangan Marselinus dengan seksama.
Statusnya sebagai pemain yang sering dipanggil Timnas U-19 dan U-20 membuat federasi berharap besar pada kiprahnya di Eropa.
Marselinus diharapkan bisa menjadi contoh bagi pemain muda Indonesia lainnya untuk tidak cepat puas dan berani mengambil tantangan di luar negeri.
Ia sendiri mengakui bahwa bermain di Eropa telah mengubah banyak hal dalam dirinya, terutama dari sisi disiplin, profesionalisme, dan mental bertanding.
Pilihan Marselinus untuk menunda kepulangan ke Indonesia adalah bentuk komitmen pada impian besarnya yaitu dapat menembus level tertinggi sepak bola Eropa dan suatu saat kembali ke tanah air dengan pengalaman yang bisa dibagikan kepada generasi berikutnya.