
Prestasinya di Belgia juga membawanya ke final Piala Eropa II 1981-1982, sekaligus meraih penghargaan “Man of the Season” dan “Belgian Fair Play Award.”
Kariernya berlanjut ke Feyenoord, Beerschot, hingga Germinal Ekeren sebelum akhirnya pensiun pada 1996. Di level internasional, ia membela Timnas Belanda sebanyak 22 kali dan mencetak dua gol dari tahun 1979 hingga 1986.
Kiprah sebagai Pelatih Akademi
Setelah pensiun, Simon Tahamata tidak meninggalkan dunia sepak bola. Ia memilih fokus sebagai pelatih pemain usia muda.
Berbagai akademi bergengsi seperti Ajax Amsterdam, Standard Liege, Beerschot, hingga Al Ahli Arab Saudi pernah menjadi tempatnya membimbing generasi muda.
Ia bahkan mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy, yang telah mencetak banyak talenta muda berbakat.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Bisa Diuntungkan! Jepang Berencana Turunkan Pemain Junior Jebolan Olimpiade Paris
Sejak 2014 hingga 2024, ia kembali menjadi pelatih di akademi Ajax.
Salah satu momen emosional yang menunjukkan betapa ia dihormati terjadi pada 3 Maret lalu, ketika Ajax memberi penghormatan khusus kepadanya di Johan Cruyff Stadium.
Sebuah spanduk bertuliskan "Oom Simon, Terima Kasih" menjadi bukti cinta dari publik Amsterdam.
Siap Bangun Masa Depan Sepak Bola Indonesia
Simon Tahamata dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Mei 2025.
Kehadirannya bukan hanya simbol kolaborasi Indonesia-Belanda dalam dunia sepak bola, tetapi juga representasi dari semangat memajukan sepak bola nasional melalui pendekatan yang modern dan profesional.
Dengan pengalaman lebih dari 50 tahun sebagai pemain dan pelatih, serta keterikatan emosional dengan akar budayanya di Indonesia, Simon Tahamata diyakini mampu menemukan dan membina bibit-bibit unggul Garuda yang siap bersaing di panggung dunia.