Hal ini terlihat jelas dari tingginya persentase penduduk yang merasa mendapatkan dukungan sosial yang cukup, sehingga mampu mengurangi tekanan dan stres yang sering dialami dalam kehidupan urban yang serba cepat.
Meski demikian, survei juga mengungkapkan tantangan yang masih harus dihadapi oleh Indonesia, terutama dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kebahagiaan ini.
Beberapa daerah yang masih menghadapi masalah infrastruktur dan akses layanan publik harus mendapatkan perhatian khusus agar kesenjangan antara wilayah tidak semakin melebar.
Para ahli mengingatkan bahwa upaya peningkatan kebahagiaan tidak hanya berhenti pada angka survei semata, melainkan harus terus disertai dengan perbaikan kualitas hidup yang berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.
BACA JUGA:Pastikan Kelancaran Ops Ketupat Lodaya 2025, Polsek Sukra Imbau Penyapu Koin di Jembatan Sewo
Di sisi lain, negara-negara lain yang berada di peringkat akhir, seperti India yang memperoleh skor –0,55, menunjukkan betapa kompleksnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebahagiaan nasional.
Perbandingan ini menjadi motivasi bagi Indonesia untuk terus memperbaiki berbagai aspek yang masih perlu dioptimalkan demi menjaga peringkatnya sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia.
Secara keseluruhan, pencapaian Indonesia sebagai negara dengan tingkat kebahagiaan tinggi merupakan refleksi dari sinergi antara kebijakan pemerintah, peran aktif masyarakat, dan nilai-nilai budaya yang mendukung kehidupan sosial yang harmonis.