
Tak hanya dari sisi teknologi, pemanfaatan bambu sebagai sumber energi juga memiliki dampak besar bagi lingkungan.
Dengan kemampuan menyerap karbon dioksida yang tinggi.
Penggunaan bambu sebagai biomassa dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 50% dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Di sisi lain, beberapa spesies bambu seperti Dendrocalamus asper mampu tumbuh hingga satu meter per hari.
BACA JUGA:Jelang Ramadan, Polisi Gagalkan Upaya Pengiriman Petasan
Menjadikannya salah satu sumber biomassa paling efisien yang tersedia secara alami.
Keberadaan bambu di Indonesia tidak hanya sebatas sebagai sumber energi alternatif, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi.
Di Minahasa, Sulawesi Utara, bambu menjadi bagian penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Mulai dari kuliner khas seperti nasi jaha hingga berbagai kerajinan tangan dan alat musik tradisional.
Dengan pemanfaatan yang lebih luas, bambu tidak hanya berpotensi menjadi sumber energi yang berkelanjutan.
Tetapi juga dapat membantu melestarikan warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Transformasi bambu menjadi energi terbarukan juga dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.
Pengolahan bambu menjadi bioetanol, biogas, dan briket biomassa dapat menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan petani bambu.
Bahkan, konversi bambu menjadi bioenergi telah terbukti mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil hingga 30%.