RADARINDRAMAYU.ID - Kecap Kijang Emas, yang lebih dikenal dengan nama Kecap Junti, merupakan produk unggulan UMKM milik Ade Sutadi beserta keluarganya.
Bisnis keluarga yang sudah berjalan turun-temurun ini dimulai sejak tahun 1962. Pada awal 2021, produk tersebut mendapatkan legalitas resmi, menjadikannya lebih siap bersaing di pasar modern.
Menurut Ade Sutadi, Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, memiliki puluhan pengrajin kecap yang menjadikannya ikon khas desa tersebut.
"Selain kami, ada banyak pengrajin kecap di sini. Hal ini menjadi ciri khas desa kami yang dikenal luas. Harapan ke depan, Junti selain dikenal karena pantai, juga dikenal karena kecapnya," ujar Ade kepada Radar Indramayu, Minggu, 24 November 2024.
Sebagai produk warisan nenek moyang, Kecap Kijang Emas tetap mempertahankan resep dan proses tradisional.
Proses produksi dilakukan secara manual, menjaga cita rasa autentik yang sulit ditandingi oleh metode modern.
Menurut Ade, proses produksi menghabiskan waktu 12 jam. Maka tidak mengherankan jiga ia hanya memproduksi kecap selama satu hari dalam satu minggu.
Ade menjelaskan bahwa bahan baku kecap, seperti kedelai hitam dan gula, diperoleh dari Cirebon, tepatnya di Toko Kelapa Sari.
"Kami sudah belanja di sana sejak dulu, bahkan sekarang toko itu dikelola oleh cucu dari pemilik sebelumnya. Pernah saya mencoba bahan dari daerah lain, tapi hasilnya tidak sebaik yang biasa kami gunakan," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Ade, proses produksi juga memegang peran penting. Jika fermentasi tidak sempurna, kecap yang sudah dikemas dapat meledak setelah dua tahun penyimpanan.
"Namun, setelah diuji di laboratorium di Bandung, produk ini dinyatakan tidak memiliki masa kadaluarsa, hanya memiliki tanggal "baik digunakan sebelum" (best before)," ungkap Ade.
BACA JUGA:Mantap! PSSI Akan Lakukan Hal Ini Demi Pantau Pemain Timnas Indonesia di Luar Negeri
Saat ini, Kecap Kijang Emas memproduksi lebih dari 1 kuintal kedelai hitam dalam satu siklus produksi.
"Produk ini didistribusikan ke berbagai rumah makan di Indramayu, termasuk Rumah Makan Ikan Bakar Perdut, yang rutin menerima 40 liter kecap setiap pengiriman," imbuhnya.