Lebih lanjut, ia menyampaikan keraguannya terhadap efektivitas program ini, mengingat hasil dari naturalisasi atlet sebelumnya belum memberikan prestasi yang dapat dibanggakan.
"Bagaimana upaya pelatih di Indonesia? Kalau perlu pelatihnya dari luar dibawa ke Indonesia. Pengalaman ambil atlet dari luar ternyata belum berhasil juga," ujar Anita.
Menurutnya, jika kebijakan ini terus dilanjutkan, harapan publik untuk melihat Indonesia bersaing secara kompetitif di tingkat internasional bisa terhambat.
Di bawah kepemimpinan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo, tercatat sudah ada 13 pemain yang dinaturalisasi untuk memperkuat Timnas Indonesia, termasuk gelombang terbaru dengan Kevin Diks.
Namun, Anita menilai bahwa pembinaan pemain lokal adalah langkah yang lebih tepat untuk jangka panjang. Ia berharap agar PSSI dan Kemenpora lebih berfokus pada pengembangan program pembinaan pemain muda, sehingga talenta-talenta lokal bisa terus bermunculan.
Anita menyampaikan bahwa pembinaan yang konsisten terhadap pemain muda akan lebih berkelanjutan daripada terus mengandalkan naturalisasi.
Ia pun mendorong pemerintah dan pihak terkait untuk segera mengevaluasi efektivitas dari kebijakan naturalisasi ini agar lebih selaras dengan tujuan pembinaan jangka panjang.
"Kami berharap mereka memberi yang terbaik untuk Indonesia. Tapi bagaimana kalau ini gagal lagi? Jangan kita ulangi lagi, panggil dari luar tapi tidak membanggakan," ucap Anita.