Pengadil lapangan tersebut dianggap berulangkali membuat keputusan yang aneh sepanjang pertandingan dan berat sebelah.
BACA JUGA:Jaga Semangat Primordialisme, IKMI Cirebon Adakan Rekrutmen Anggota Baru
BACA JUGA:Respon Bang Jay soal Kemenangan Indonesia Dicuri Bahrain karena Sang Wasit: 'Kami Harus Tetap Maju'
Kemudian memberikan perpanjangan waktu yang tidak normal sehingga Bahrain bisa mencetak gol penyama kedudukan.
Pertandingan yang berakhir seri tersebut masih terus menjadi perbincangan. PSSI sendiri sudah melayangkan protes kepada AFC dan FIFA.
Executive Committee PSSI, Arya Sinulingga menyatakan bahwa protes terhadap FIFA dan AFC dilayangkan atas 2 hal.
Pertama protes terhadap kepemimpinan wasit dan perpanjangan waktu yang seharusnya 90+6 menjadi 90+9.
BACA JUGA:Fazzio Hybrid Ajak Gen Z untuk Tampil Semakin Skena dan Auto Worth It di Yamaha Fazzio Day
BACA JUGA:Hadiri Hari Jadi Komunitas Penggemar Wayang se Jabodetabek, Ini Harapan Syaikhu
Kemudian protes kedua terkait dengan pemilihan wasit dari Timur Tengah. Padahal pertandingan tersebut mempertemukan Tim Timur Tengah dengan Asia Tenggara.
Sementara itu, tagar AFC Mafia sendiri sebenarnya dipopulerkan oleh pengamat sepakbola ternama Justnus Lhaksana.
Dia menuding ada permainan di AFC yang menghendaki agar kuta 8+1 dari FIFA ke Asia untuk Piala Dunia berusaha didominasi oleh negara Timur Tengah.
Salah satu cara yang dilakukan adalah kongkalikong antar federasi dengan AFC.
Hal tersebut terlihat dari pemilihan wasit yang seharusnya bisa dari federasi lain seperti Australia, Uzbekistan atau negara netral.