
Di SGPD, Omo lebih muda satu kelas. Ketika itu Omo duduk di kelas 2, sadangkan Parhim di kelas 3.
BACA JUGA:Baru Comeback ke Belanda, Thom Haye Langsung Bikin Rese Pelatih FC Twente! 'Kami Kesulitan'
BACA JUGA:Duel Legendaris! Pemain Timnas Indonesia akan Bertemu Pemain Timnas Jepang di Panggung Klub Eropa
Sosok ini, 4 kali bermain untuk PSSI. Yang unik, dia selalu dimainkan pada babak kedua. Omo pun menggantikan pemain-pemain timnas yang juga sangat terkenal.
Majalah Aneka pada 1 September 1957 menuliskan, ketika melawan kesebelasan Kalmar, Omo dimasukkan di babak yang ke-2. Dia menggantikan Ramang, salah satu bintang punggawa timnas ketika itu.
Begitu juga ketika Indonesia berhadapan dengan Lokomotif, dia menggantikan Sugandi.
Ketika melawan Mozambique, dia menggantikan Bakir. Sedangkan saat melawan Ferencravos, Omo menggantikan Siang Liong. Semua pergantian itu dilakukan di babak ke-2.
BACA JUGA:Istimewa! Besok Prabowo Subianto ke Cirebon, Kunjungi SMPN 1, Uji Coba Makan Bergizi Gratis
Sebenarnya Omo Suratmo kahir di Cilamaya, Subang, Jawa Barat pada tanggal 11 Februari 1935. Ketika usia 2 tahun, dia ditinggal meninggal ibunya.
Setelah tamat di Sekolah Rakyat (SR), dia pindah ke Indramayu. Dia pun masuk SMP di kabupaten berjuluk Bumi Segandu ini.
Setelah di Indramayu inilah kemampuannya bersepakbola terasah dan berkembang. Dia masuk dalam klub sepak bola IPPI Indramayu.
Dia juga bergabung dalam klub Bond Indramayu. Dia bermain di sayap kiri atau kanan dalam klub tersebut. Di klub inilah dia kian moncer.
BACA JUGA:Abah Indra Thohir: Bobotoh adalah Quality Controlnya Persib, Apa Maksudnya?
Dia pun terpilih untuk memperkuat Tim Sepak Bola Jawa Barat pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-3 di Medan, Sumatera Utara. Ketika itu usianya 18 tahun. Dan itu menjadi debut pertamanya.