ANJATAN, RADARINDRAMAYU.ID – Sempat bertengger di harga Rp8000 perkilogram, tren harga gabah kini mulai melandai.
Pun demikian, turunnya harga gabah tak terlalu mempengaruhi harga jual beras dipasaran.
Harga jual kebutuhan pokok utama masyarakat itu memang ikut mengalami penurun, tetapi tidak signifikan. Harga beras masih terbilang mahal.
Asror, bandar gabah asal Kecamatan Anjatan mengatakan, Harga Gabah Kering Panen (GKP) sempat menggila.
BACA JUGA:14 Tersangka Kasus Narkoba Diringkus. Miris, 2 Diantaranya Ibu Rumah Tangga
BACA JUGA:Piala Dunia U-17 Tinggal 30 Hari Lagi, Erick Thohir Ajak Masyarakat Indonesia Ikut Menyukseskan
Hingga berulang kali pecah rekor tertinggi. Ditingkat petani, harga gabah pernah menyentuh Rp800 ribu perkuintal atau Rp8000 perkilogram.
Angka tersebut merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah jual beli gabah di Kabupaten Indramayu.
Tapi kini, memasuki awal bulan Oktober mulai terjadi penurunan. Harga GKP dikisaran Rp7300-7500/kg. Meski mengalami penuruan harga gabah saat ini masih diatas harga pembelian versi pemerintah.
Penurunan harga gabah disebabkan musim panen padi meluas disejumlah wilayah pesisir pantura Bumi Wiralodra.
BACA JUGA:Pekerja Migran Indonesia Harus Mendapatkan Jaminan Sosial
BACA JUGA:Terlempar dari Motor, Bocah 13 Tahun Tewas Terlindas Tangki Elpiji
“Hampir semua wilayah kecamatan di pantura masuk musim panen semua, Anjatan, Patrol, Sukra, Kandanghaur sampai Losarang. Harga gabah terkoreksi,” kata dia kepada Radar, Rabu (11/10).
Namun demikian, harga beras cenderung stagnan. Masih seperti sebulan lalu.
Harga beras kualitas medium misalnya, dikisaran Rp13.000-13.500 perkilogram. Sementara beras kualitas premium dijual dengan harga Rp14.000 -14.500 sekilo.
Menurut dia, penyebab masih mahalnya harga beras lantaran pabrik penggilingan padi kesulitan memperoleh bahan baku beras yakni gabah. Meskipun harganya lagi turun.
BACA JUGA:DPC Partai Gerindra Indramayu Usulkan Gibran Sebagai Pendamping Prabowo
BACA JUGA:Pabrik Tahu Dilalap Si Jago Merah di Kuningan
“Apalagi ketika harganya turun, gabah malah jadi rebutan. Banyak bandar luar daerah seperti Subang, Karawang, Purwakarta sampai Blora pada masuk kesini semua,” ungkapnya.
Mereka bersaing berburu gabah langsung ke para petani. Terutama kualitas super. Untuk dijadikan bahan baku beras premium. Persaingan ini membuat bandar gabah lokal tersisih. Kalah harga.
“Habis diangkut bandar luar daerah semua. Jadi ya praktis penggilingan padi lokal kurang stok gabah. Harga beras masih mahal,” terangya.
Sementara itu, demi menekan harga, stok beras atau Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog kembali disalurkan ke masyarakat di Indramayu.
BACA JUGA:Anas Urbaningrum Kagumi Kuliner Pindang Gombyang Khas Indramayu
Bantuan Pangan CBP tahap kedua untuk alokasi Oktober 2023 mulai didistribusikan, Selasa (10/10).
Untuk alokasi September 2023, Bulog Indramayu sebelumnya sukses 100 persen merampungkan penyaluran sebelum akhir bulan.
Berkat penyaluran bantuan ini, rupanya mulai memberi efek harga beras di pasar. Harga beras diketahui tertahan dan justru mulai menunjukan tanda-tanda penurunan harga.
Pimpinan Cabang Perum Bulog Indramayu, Ilhamsyah mengatakan, Bulog sendiri sudah menyiapkan bantuan pangan CBP untuk alokasi bulan ini.
BACA JUGA:Pilpres 2024, Forum CDPOB Jabar Dukung Capres yang Mampu Mencabut Moratorium Pemekaran Daerah
Tinggal kesiapan dari Kantor Pos Indonesia dan pemerintah desa setempat untuk mengakomodir bantuan hingga sampai ke tangan keluarga penerima manfaat (KPM).
Jumlah beras yang dialokasikan Bulog Indramayu untuk bantuan bulan Oktober 2023 diketahui mencapai 2.274.320 kilogram.
Dengan jumlah penerima mencapai 227.432 KPM. Masing-masingnya akan mendapat bantuan sebanyak 10 kilogram beras.
Selain Bantuan Pangan CBP, Bulog Indramayu juga memaksimalkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diproduksi Bulog.
Beras SPHP laku keras di pasaran, mengingat harganya yang murah yakni Rp 10.900 per kilogram. (kho)