KANDANGHAUR, RADARINDRAMAYU.ID – Hama tikus terus merajalela, puluhan hektare tanaman padi diwilayah pantura Kecamatan Kandanghaur dilaporkan rusak parah hingga mengalami gagal panen.
Tak tinggal diam, para petani disana terus memutar otak untuk membasminya.
Salah satunya, dengan menggunakan Alat Emposan Tikus alias Alpostik. Cara ini diyakini ampuh untuk membunuh hama tikus sampai kesarang-sarangnya.
Tapi sayangnya, Alpostik yang dimiliki para petani kurang memadai. Baik dari jumlahnya maupun kualitasnya.
BACA JUGA:Balap Liar di Karangampel Dibubarkan, 30 Sepeda Motor Diamankan
BACA JUGA:Kabar Gembira Pengobatan Alternatif H Abdul Aziz Hadir Di Indramayu
Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak menyebutkan, serangan hama tikus semakin mengganas. Sejak beberapa minggu terakhir.
Dari laporan yang diterimanya, sudah sekitar 80 hektare tanaman padi yang mengalami gagal panen. Yakni di Desa Karangmulya, Wirapanjunan dan Desa Wirakanan. Tanaman padi yang dirusak si monyong berumur antara 45-60 hari setelah tanam.
Petani di tiga desa itu terpaksa membabatnya. Potongan dari tanaman padi dijadikan pakan ternak. “Terpaksa dibabat, karena percuma dipertahankan. Hasilnya pasti tidak akan optimal. Malah petani bisa tambah rugi,” kata dia kepada Radar, kemarin.
Waryono melanjutkan, upaya pengendalian hama tikus masih terus dilakukan para petani. Bergotong royong alias gropyokan.
BACA JUGA:Berkat Aduan Masyarakat, 5 Gudang Miras di Indramayu Terbongkar
BACA JUGA:Prediksi Pertandingan PSM Makasar vs Persib Bandung, Maung Bakal Sulit Menang
Bantuan dari Pemerintah Kabupaten Indramayu melalui Dinas Pertanian juga sudah diterima dan dipergunakan. Namun hasilnya belum memuaskan.
“Gropyokan, pakai obat, racun tikus sampai petasan jurusan sudah dilakukan semuanya, Tapi hama tikus makin ganas saja,” ucapnya.
Menurut dia dan juga pengalaman dari para petani, metode pengasapan menggunakan emposan di lubang tikus dinilai paling ampuh.
Dengan alat yang menggunakan belerang ini, tikus bisa dibunuh langsung didalam lubangnya.
BACA JUGA:Utamakan Aspek Keamanan, RU VI Balongan Kerja Sama dengan Arhanud 14/PWY dan Lanal Cirebon
BACA JUGA:Cetak Teknisi Kelas Dunia, Yamaha Kembali Gelar Indonesia Technician Grand Prix, 'Being Trust & Commit'
Namun sayangnya, Alpostik yang berkualitas harganya sangat mahal. Mencapai ratusan ribu.
“Petani sebenarnya punya alat emposan yang harganya murah dibawah seratus ribu. Tapi gampang rusak, baru tiga kali pemakaian sudah patah,” ungkapnya.
Karena itu pihaknya berharap ada bantuan Alpostik yang berkualitas dari pemerintah ataupun pihak lain. Demi membantu para petani agar bisa mengendalikan hama tikus secara efektif. (kho)
BACA JUGA:Puluhan Ribu Botol Minuman Keras Berhasil Diamankan Dalam Razia Gabungan