INDRAMAYU, RADARINDRAMAYU.ID – Sejumlah desa diwilayah Kecamatan Bongas memasuki musim panen padi. Petani disana lagi sukacita. Sebabnya, gabah hasil panen mereka diburu para bandar. Dibeli dengan harga tinggi.
Bandar alias para pengepul gabah itu, tidak hanya dari wilayah Kabupaten Indramayu. Tapi berasal dari sejumlah daerah seperti Kabupaten Subang, Karawang bahkan Tegal.
“Mereka bersaing, berani beli mahal. Harga gabah melonjak, petani senang,” kata Dakir, bandar gabah asal Kecamatan Bongas, Senin (20/3).
Tapi, keberadaan mereka membuat para bandar gabah lokal seperti dirinya keteteran. Tak sanggup beli lantaran harganya terlampau tinggi.
BACA JUGA:Sakit Diabetes Kronis, Seorang Pemuda Ditemukan Meninggal Disamping Rumahnya
BACA JUGA:Nasabah BNI Cabang Indramayu Raih Hadiah Motor Program Undian Rejeki BNI
Para petanipun memilih menjual gabahnya ke para bandar karena berani membeli harga lebih tinggi dibandingkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Untuk harga Gabah Kering Panen (GKP) varietas IR seperti Ciherang atau Ciputri mencapai Rp6300 perkilogram. “Kita nawar Rp6000 sekilo gak dilirik,” ucapnya.
Iapun merasa was-was, harga gabah akan terus melambung tinggi. Terserap oleh para bandar dari luar daerah. Imbasnya, pabrik penggilingan padi lokal tak kebagian pasokan.
“Khawatirnya pasca panen, gabah menjadi langka karena diangkut semua keluar daerah. Dampaknya harga beras bisa jadi mahal,” ujarnya.
BACA JUGA:Borong Sembako Antisipasi Kenaikan Harga, Warga Stok untuk Puasa
BACA JUGA:Kolaborasi Disdukcapil dan Diskanla untuk Permudah Layanan Adminduk Gratis
Dakir mengungkapkan, kualitas gabah hasil panen di wilayah Kecamatan Bongas dikenal sangat bagus. Sama halnya dengan kualitas gabah petani di wilayah Kecamatan Anjatan.
Sehingga tak mengherankan, harga sawah di dua kecamatan bertetangga itu sangat mahal.
“Tiap kecamatan kualitas gabahnya memang beda-beda. Ditambah lagi, panen di Kecamatan Bongas ini cuaca lagi panas-panasnya. Gabahnya kering,” ujarnya.
BACA JUGA:BSI Resmikan Masjid di Bakauheni, Perkuat Kontribusi untuk Pertumbuhan Ekonomi