Radarindramayu.id, KANDANGHAUR-Ribuan rumah di empat desa yakni Desa Eretan Wetan, Eretan Kulon, Kertawinangun dan Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu terendam banjir akibat rob atau naiknya air laut.
Tidak hanya itu, banjir yang merendam rumah warga juga karena meluapnya Sungai Ciperawan akibat tingginya curah hujan. Pantuan di lapangan, ketinggian air rata-rata mencapai 40 hingga 60 centimeter di sejumlah titik banjir.
Akibat banjir ini, tidak hanya rumah warga yang terendam. Jalan dan tempat publik turut terendam. Kondisi itu membuat aktivitas warga disana terhambat. Turut terendam juga puluhan hektare tambak udang dan bandeng. Belum dapat ditaksir berapa besar kerugian akibat banjir tersebut.
Kuwu Desa Eretan Wetan, H Edi Suhedi mengaku, sudah kewalahan mengatasi rob. Meski telah berpengalaman menjabat sebagai kuwu Eretan Wetan selama tiga periode, ia belum juga menemukan solusi terbaik.
BACA JUGA:Sadis! Seorang Ibu Muda Melahirkan Lalu Bayinya Dibunuh dan Dimasukan Ke Tong Sampah Toilet
Hingga kini, rob masih menjadi hal yang menakutkan bagi ribuan warganya yang bermukim di kawasan pesisir pantai utara laut Eretan. “Datang tak kenal waktu,” ujar Edi.
Karena itu, pihaknya kembali meminta solusi sekaligus bantuan kepada pihak terkait bagaimana cara mengatasi rob. Terutama Pemkab Indramayu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Pusat.
Diakui Edi, meski banjir besar, warga tak ada yang mau mengungsi. Walau begitu, warga diminta tetap waspada lantaran banjir rob diprediksi bakar terus terjadi. “Kita sudah siapkan lokasi pengungsian. Di kantor desa dan tempat lain yang aman,” ujarnya.
Terpisah, Warga Eretan Kulon, Eriah mengaku, banjir besar ini sudah yang kelima. “Masuk rumah nyampe ke WC. Sudah satu tahun gini terus,” keluh Eriah.
BACA JUGA:Pekerja Pabrik Di Tasikmalaya Menangkan Hadiah Mobil Honda HR-V Gratis Dalam Program Undi Undi Hepi
Akibat banjir, kata Eriah, sangat mengganggu aktivitasnya. “Paginya air datang pas anak masuk sekolah terus sorenya pas anak pulang madrasah air datang lagi,” kata Eriah.
Tingginya debit air di Sungai Ciperawan ini masih menjadi ancaman yang serius bagi warga. Warga berharap pemerintah daerah hingga pusat dapat segera mengatasi peristiwa yang selalu menjadi langganan ini.
BACA JUGA:Jelang KTT G20, PLN Pamerkan 2 PLTS dan 33 PV Rooftop di Bali