Radarindramayu.id, GANTAR-Hari Raya Idul Adha 1443 H tinggal menghitung hari. Permintaan hewan kurban mengalami peningkatan cukup signifikan.
Sejumlah pedagang mengklaim, pasokan hewan kurban khususnya sapi mulai lancar. Seiring gencarnya pemerintah melakukan vaksinasi untuk mencegah menularnya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kondisi ini berbeda dari sebelumnya. Saat wabah PMK lagi merebak, pasokan sapi kurban terutama dari luar daerah terbatas. Imbasnya, harga sapi kurban mengalami kenaikan.
“Alhamdulillah sekarang pasokan mulai lancar. Permintaan hewan kurban sapi meningkat,” kata Wito, salah seorang penjual hewan kurban, Selasa (5/7).
BACA JUGA:Kemensos Cabut Izin ACT, Melanggar Ketentuan Potong Donasi Sampai 13,7 Persen
Semula, ungkapnya, stok sapi kurban dilapaknya dipasok dari para peternak lokal. Kini, sapi-sapi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah bisa masuk. Namun demikian, lalu lintas perdangan sapi tetap diawasi secara ketat. Sapi yang datang dari luar daerah wajib diperiksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu.
“Sapi lokal juga sama, wajib diperiksa kesehatannya. Harus memenuhi syarat. Kami tidak berani menjual kalau tidak ada surat keterangan sehat dari dokter hewan,” terangnya.
Wito menyebutkan, hanya hewan kurban sapi dan kambing yang dicari konsumen. Sedangkan kerbau, sepi peminat. Padahal, stok kerbau dari peternak lokal cukup melimpah. Seperti dari wilayah Kecamatan Gantar dan Terisi.
BACA JUGA:Pemerintah Utang Lagi ke Bank Dunia Rp 5,25 Triliun. Untuk apa? Berikut Penjelasannya
“Dari sejak merebaknya PMK, gak ada yang cari kerbau buat kurban. Tahun lalu ada satu yang beli. Mungkin karena sudah biasa kambing sama sapi ya,” tuturnya.
Senada disampaikan Yana, peternak asal Kecamatan Gantar. Kerbau sejatinya boleh dijadikan hewan kurban. Tetapi masih kurang populer dibanding kambing, domba maupun sapi.
Padahal pula, terdapat peternakan kerbau rakyat di Bumi Wiralodra. Seperti di Desa Sanca dan Baleraja, Kecamatan Gantar. Di kedua desa itu, populasi hewan kerbau mencapai ratusan ekor.
Oleh warga setempat, hewan dari keluarga Banteng dengan nama latin bubalus bubalis tersebut diternak secara tradisional, yakni diumbar atau dilepas begitu saja mencari makan, tinggal, hingga beranak-pinak di kawasan hutan Sanca.
Karena hidupnya diliarkan di hutan, peternaknya tak perlu repot membuatkan kandang dan mencarikan rumput. Pemilik baru menangkapnya bila bermaksud menjual, menyembelih, atau untuk keperluan tertentu.
“Jarang memang yang buat kurban. Biasanya kerbau dijual ke luar daerah,” tandasnya. (kho)
BACA JUGA:Hari Ini Ada Partai Seru Timnas U-19 vs Thailand. Catat Jamnya !