Penyajian ketupat dan opor ayam menjadi wajib karena sekaligus sebagai simbol pengingat umat manusia atas segala kekurangan dan kelemahannya.
Ketupat rupanya memiliki filosofi tersendiri dan sejarah yang panjang. Ketupat merupakan bagian dari tradisi Idul Fitri di tanah Jawa. Awalnya makanan ini dipopulerkan oleh salah satu dari Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga memperkenalkan dua kali perayaan lebaran, yaitu lebaran hari raya idul fitri satu syawal dan lebaran kupat. Lebaran kupat adalah perayaan lebaran setelah menjalani puasa sunah tujuh hari pasca 1 syawal. Tradisi lebaran kupat ini berlaku hanya di beberapa daerah yang sebagian besar berada di tanah Jawa.
BACA JUGA:Pembunuhan Babinsa di Papua, Pelaku Ditangkap, Sempat Didor karena Mau Kabur
Selanjutnya, penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat Llebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan, sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten.
Kata ini berarti permintaan maaf di dalam bahasa Jawa. Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti permintaan maaf.(len)
BACA JUGA:Pembunuhan Babinsa di Papua, Pelaku Ditangkap, Sempat Didor karena Mau Kabur